PALANGKARAYA – Strategi pelestarian orangutan Kalimantan Tengah memasuki tahap baru dengan digelarnya pertemuan “Orangutan Regional Meeting” pada 23–24 Juni 2025 di Palangka Raya. Agenda ini diselenggarakan oleh BKSDA Kalteng bekerja sama dengan pemerintah daerah serta mitra konservasi nasional dan internasional.
Kepala BKSDA Kalimantan Tengah, Andi Muhammad Kadhafi, menyebutkan bahwa tujuan utama dari kegiatan ini adalah memperbarui basis data populasi dan sebaran orangutan guna menyusun Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) yang lebih aktual dan terukur.
“Kita menghadapi tantangan pelestarian yang kompleks sehingga perlu upaya kolaboratif dan terkoordinasi antara pemerintah, organisasi konservasi, perguruan tinggi, swasta, dan masyarakat lokal guna menjaga eksistensi orangutan di Kalimantan Tengah,” ungkap Kadhafi, Senin (23/6/2025).
Menurutnya, data terakhir yang digunakan untuk kebijakan konservasi saat ini sudah berusia hampir satu dekade, sehingga tidak lagi merefleksikan kondisi faktual di lapangan.
Perkembangan ancaman terhadap populasi orangutan dan perubahan fungsi lahan menjadi tantangan yang harus dijawab dengan pendekatan ilmiah dan data terbaru.
Berbagai unsur pemangku kepentingan hadir dalam kegiatan ini, termasuk perwakilan pemerintah pusat, akademisi, LSM, sektor bisnis, hingga lembaga konservasi internasional.
Beberapa organisasi yang terlibat aktif dalam diskusi di antaranya FORKAH, BOS Foundation, BNF, WWF Indonesia, FORINA, serta Universitas Palangka Raya.
Diskusi difokuskan pada evaluasi kondisi populasi saat ini, prediksi tren masa depan, pemetaan distribusi habitat, dan finalisasi draft SRAK Kalimantan Tengah.
Pengukuhan pengurus baru FORKAH untuk periode lima tahun ke depan juga menjadi bagian penting dari pertemuan ini guna memperkuat kerja sama lintas sektor.
“Dengan konservasi yang terintegrasi, kita bukan hanya menjaga orangutan, tetapi juga merawat ekosistem hutan sebagai penyangga kehidupan manusia,” tandas Andi. (Red/Adv)