PALANGKARAYA – Di tepian Sungai Kahayan, di bawah bayang-bayang Jembatan Kahayan, gema sorak penonton mengiringi permainan Besei Kambe yang unik dan penuh semangat, Selasa (20/5/2025).
Besei Kambe bukan sekadar olahraga, melainkan ikatan jiwa yang menautkan generasi Dayak dengan tradisi sungai mereka.
Lomba yang diikuti 11 kabupaten dan kota ini memperlihatkan keberagaman sekaligus kekuatan budaya Kalimantan Tengah. Dua orang dalam satu perahu, mendayung berlawanan arah layaknya tarik tambang di air, menciptakan persaingan yang memacu adrenalin dan menumbuhkan rasa kekeluargaan.
Plt Sekretaris Disbudpar Kalteng, Agung Catur Prabowo, mengatakan lomba ini penting untuk menjaga tradisi agar tetap hidup, terutama saat parade perahu hias ditiadakan. “Besei Kambe jadi pengganti yang istimewa, sekaligus magnet wisata budaya,” ujarnya penuh harap.
Jimmy Gara, koordinator lomba, menambahkan bahwa Besei Kambe juga menjadi jembatan edukasi bagi pelajar agar mencintai warisan leluhur. Harapannya, lomba ini tidak hanya jadi tontonan lokal, tetapi bisa menembus panggung nasional hingga internasional.
Bagi Muhammad Fadli, peserta dari Kapuas, Besei Kambe lebih dari sekadar lomba. “Kami latihan berbulan-bulan, ini bagian dari identitas kami. Kami berharap generasi muda melanjutkan tradisi ini,” katanya dengan mata berbinar.
Ketika dua perahu bertarung di sungai, bukan hanya pemenang yang diperebutkan, tapi kebanggaan budaya yang mengalir dari arus sungai Kahayan. Inilah esensi Besei Kambe, olahraga yang menyejukkan hati dan menghidupkan tradisi.
Juara putra tahun ini diraih Katingan, diikuti Lamandau dan Kotawaringin Barat. Sedangkan putri dimenangkan Palangka Raya, disusul Kapuas dan Lamandau. (Red/Adv)