PALANGKARAYA – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palangka Raya, Amos Adam Residul, menyatakan bahwa pendidikan rendah masih menjadi titik lemah utama yang memicu kemiskinan di wilayah perkotaan, termasuk Palangka Raya.
Pernyataan itu disampaikannya dalam Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Palangka Raya 2025 yang digelar di lingkungan Kantor Wali Kota Palangka Raya bersama lintas instansi dan pemangku kepentingan lainnya.
“Dari 10,7 ribu jiwa warga miskin di Palangka Raya, lebih dari 54 persen berpendidikan hanya sampai SD dan SMP. Ini perlu jadi perhatian serius,” kata Amos, belum lama ini.
Ia menuturkan, rendahnya tingkat pendidikan berdampak besar terhadap kemampuan seseorang untuk bersaing dalam dunia kerja, terutama di sektor formal yang mengutamakan keahlian tertentu.
Menurut Amos, kemiskinan adalah persoalan yang kompleks dan saling berkelindan, mulai dari keterbatasan akses terhadap pendidikan, layanan dasar, hingga pola pikir dan motivasi hidup masyarakat.
Ia menegaskan bahwa pengentasan kemiskinan memerlukan pendekatan yang menyeluruh, bukan sekadar memberikan bantuan, tetapi membangun kemandirian dan kapasitas masyarakat.
Selain itu, ia menyebut banyak warga miskin mengalami hambatan dalam mengakses pelatihan kerja karena tidak mengetahui program yang tersedia atau kurangnya kepercayaan diri untuk mengikuti.
Amos menyarankan agar program pelatihan disesuaikan dengan kondisi lokal dan difasilitasi secara aktif oleh pemerintah bersama lembaga mitra agar lebih inklusif dan berdampak langsung.
Ia juga menekankan bahwa semua langkah penanggulangan harus berbasis pada data yang jelas dan analisis yang tajam, agar tidak mubazir dan membuang anggaran tanpa hasil.
“Pendidikan adalah jembatan keluar dari kemiskinan. Jika itu tidak kita bangun, maka masalah ini akan terus berulang,” tandas Amos. (Red/Adv)