PALANGKARAYA – Kerja sama antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat menjadi kunci sukses pelaksanaan Ekspedisi Bukit Raya 2025, yang berhasil mencapai puncak tertinggi Kalimantan Tengah setinggi 2.278 mdpl pada Senin (28/07/2025) kemarin.
Sebanyak 25 orang terlibat dalam ekspedisi ini, berasal dari Universitas Palangka Raya, Bapperida Kalimantan Tengah, KPHP Katingan Hulu, Mapala Sylva Raya, mahasiswa Kehutanan, dan Pokdarwis Desa Tumbang Habangoi sebagai mitra lokal.
Ekspedisi berlangsung di kawasan TNBBBR yang berada di perbatasan Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Desa Tumbang Habangoi menjadi titik awal pendakian sekaligus lokasi dilaksanakannya dua ritual adat penting: “Minta Ijin Mendaki” dan “Memapas”.
Tim tidak hanya mendaki, tetapi juga melakukan penelitian ilmiah seperti pencatatan flora dan fauna, serta pemetaan potensi ekowisata yang melibatkan komunitas adat sebagai pengelola utama.
Ketua LPPM UPR, Dr. Ir. Evi Veronica, MS, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan contoh konkret kolaborasi yang menghasilkan manfaat nyata bagi pengembangan kawasan konservasi sekaligus peningkatan kapasitas masyarakat lokal.
“Sinergi ini adalah kekuatan besar dalam membangun ekowisata yang tidak merusak, melainkan memperkuat nilai-nilai lokal,” katanya, Senin (28/07/2025).
Pihaknya juga mendukung rencana diskusi publik pada pertengahan Agustus mendatang untuk membahas hasil ekspedisi dan menyusun langkah lanjutan berbasis hasil riset.
Koordinator lapangan Berdodi dan Ketua Tim Studi Renhart juga menyampaikan apresiasi terhadap semua pihak yang telah terlibat, baik dari sisi teknis maupun pendanaan, hingga ekspedisi bisa terlaksana secara maksimal.
Kolaborasi lintas sektor yang tercermin dalam kegiatan ini diharapkan dapat menjadi model pengembangan kawasan hutan lainnya di Kalimantan dan Indonesia pada umumnya, tandas Evi. (Red/Adv)