PALANGKARAYA – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka Raya (FEB UPR) terus berkomitmen mengembangkan karakter mahasiswanya melalui kegiatan edukatif dan humanis. Salah satunya lewat Seminar Kesehatan Mental bertema “Membangun Mahasiswa FEB UPR yang Sehat, Resilien, dan Produktif”, yang digelar Kamis, 23 Oktober 2025.
Kegiatan yang diikuti 50 mahasiswa dari 3 jurusan di lingkungan FEB UPR ini diselenggarakan oleh Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) FEB UPR yang diketuai Aprilita, M.Si., dengan anggota dosen dan mahasiswa pendamping.
Seminar menghadirkan Psikolog dari RSJ Kalawa Atei Palangka Raya, Fakhrisina Amalia Rovieq, S.Psi., M.Psi., yang mengupas tuntas pentingnya menjaga keseimbangan antara pikiran, perasaan, dan tindakan.
Aprilita menjelaskan bahwa kegiatan ini menjadi wadah refleksi bagi mahasiswa untuk lebih memahami dan menerima dirinya di tengah tekanan akademik maupun sosial.

“Kegiatan ini sangat penting untuk mahasiswa, terlebih dalam membantu mereka mengelola stres, apalagi bagi yang sedang menjalani tugas akhir, menghadapi tekanan akademik, maupun persoalan pribadi dan sosial di lingkungannya,” ujarnya, Kamis (23/10/2025) pagi.
Ia menambahkan, kegiatan ini juga merupakan langkah konkret FEB UPR dalam membentuk mahasiswa yang resilien dan berdaya juang tinggi.
“Mahasiswa perlu dibekali kemampuan untuk bangkit dari keterpurukan, tidak larut dalam tekanan, dan tetap menjaga produktivitas di tengah berbagai kesulitan. Inilah makna dari resilien yang kami ingin tanamkan,” jelasnya.
Melalui sesi interaktif, mahasiswa diajak berdialog dan mempraktikkan teknik relaksasi sederhana yang berguna meredakan stres harian. Suasana seminar berlangsung hangat dan penuh partisipasi aktif.

Aprilita berharap kegiatan serupa bisa berlanjut dengan tema-tema psikologis yang relevan.
“Kami ingin terus menghadirkan kegiatan yang tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga membentuk karakter dan kesejahteraan psikologis mahasiswa FEB UPR agar siap menghadapi tantangan dunia kerja dan kehidupan sosial secara sehat,” ungkap Aprilita.
Dalam paparannya, Fakhrisina menegaskan bahwa stres bukan hal yang harus ditakuti, melainkan dikenali dan dikelola.
“Eustress dapat menjadi pemicu motivasi dan kreativitas, misalnya saat seseorang bersemangat menyelesaikan pekerjaan sebelum tenggat waktu. Namun jika tekanan berlebihan, stres bisa berubah menjadi distress yang menimbulkan rasa cemas, lelah, bahkan gangguan tidur,” jelasnya.
Menurutnya, menjaga pola hidup sehat, tidur cukup, dan membatasi paparan media sosial merupakan langkah sederhana untuk menjaga kesehatan mental.
“Belajar mengelola stres dan mengasah ketahanan diri adalah investasi untuk kebahagiaan jangka panjang,” tandas Fakhrisina. (Red/Adv)


 
 
									








